Home » » JANGAN MAJU DIHADANG JURANG

JANGAN MAJU DIHADANG JURANG

Written By Syarikat Islam Indonesia (SMD) on Jumat, 25 Januari 2013 | 01.34

Bila kita perhatikan keadaan sekarang ini, alangkah majunya industri kita kahir-akhir ini di bandingkan tahun-tahun jauh sebelumnya. Kita brsyukur ke hadirat Alloh SWT, yang telah mengkaruniakan segalanya itu untuk kesejahteraan bangsa kita semua.

Orang akan kagum bisa melihat kemajuan ummat manusia pada abad sekarang ini, misalnya kemajuan industri Negara kita ini. Semua kemajuan itu akan terpelihara selama-lamanya apabila setiap rohani manusia terpelihara pula. Bukankah keagungan bangsa bukan hanya ditandai dengan menjulangnya gedung-gedung pencakar langit, tetapi pada keagungan rohaninya yang akan memelihara segala hasil karya yang di baktikan bagi kepentingan ummat manusia? Bukankah betapapun dahsyatnya pembangunan, akan hancur juga oleh hancurnya rohani manusia? Bukankah ke angkaraan rohani Hitler telah menghancurkan segala karya budaya manusia di dunia dahulu?

Rohani bisa jadi “tuan kuasa” dalam hidup manusia. Bagaimanapun rendahnya puncak gunung, tak akan terinjak oleh kaki manusia bila tidak ada tekad rohani manusia untuk berbuat demikian. Akan tetapi, bagaimanapun tinggi dan menjulangnya Mount Enerest di Himalaya, terinjak pula oleh kaki Sir Edmund Hilary, walaupun pada mulanya di duga hal itu tidak mungkin terjadi. Hati telah bertekad dan memantapkan jiwa rohani manusia.

Bila kita merenungkan semua itu, kita akan teringat pada sabda Rasululloh saw. Bahwa sesungguhnya dalam jasad manusia ada mudghoh (segumpal daging) yang bila sejahtera keadaannya, akan sejahteralah semua karya dan ciptannya; tetapi bila ia rusak, akan hancurlah segala karya dan ciptaya. Mudghoh itu adalah qolbu (ruhani).

Kembali kepada kemajuan industri tadi., contohnya adalah adanya makanan kaleng yang disenangi oleh sebagian besar bangsa kita karena memenuhi syarat praktis serta harganyapun cukup ringan. Makanan kaleng itu, misalnya corned, memang praktis. Bila kita hendak memakannya, kita tinggal membuka dan menghangatkannya beberapa menit saja, kemudian siap untuk di santap.

Akan tetapi timbul keragu-raguan dalam diri sebagian orang. Berapa ekor sapikah yang diperlukan sehari untuk produksi corned ini? Disembelih oleh berapa orang, serta berapa orang pekerjakah untuk merecahnya? Ternyata pemikiran seperti ini sudah jauh tertinggal. Kita skarang telah maju, hidup pada zaman yang seba mesin. Prusahaan corned itu menggunakan mesin potong elektrik untuk memotong sapi-sapi itu; dan dengan serba otomatis daging itu di recah dan terpisahlah bagian-bagiannya, kemudian tinggal mngolahnya dan memasukannya ke dalam kaleng!

Menyaksikan semua itu, di samping akan merasakan kekaguman, orang pasti akan termangu. Orang akan bertanya, “mengapa tidak di sembelih seperti biasa saja?” pertanyaan itu akan di jawab, bahwa hal itu hanya akan melambatkan kerja saja, kurang efektif, dan tidak memenuhi efesiensi kerja, cara itu akan menurunkan produktivitas kerja, sedangkan kebutuhan sangat besar.

Mahasiswa yang merantau jauh dari orang tuanya sering membeli makanan kaleng seperti itu. Hal ini di maksudkan untuk sekedar memudahkan bila hendak makan, tinggal membukanya dan memanaskannya sebentar, lalu siap untuk di santap.

Bagi orang Islam yang sedikit banyak juga mengenal masalah hukum-hukum sembelihan dalam islam, persoalannya jelas, harus berhenti makan makanan tersebut, sebab hukumnya makan bangkai atau binatang yang disembelih tidak berdasarkan persyaratan syara’ haram hukumnya. Kejadian itu berlaku.

INGAT DAN CAMKAN...!!!!

Sebagai orang islam, jika kita menghadapi suatu makanan, bukan enak dan lezatnya saja yang harus kita fikirkan; tetapi kita harus ingat pula halal kah makanan itu? Akan tahankan perut kita, sanggup kah perut kita mencernanya? Tidakkah kesehatan kita terganggu karenanya? Bervitamin kah makanan itu? Dan lain-lainmya.

Yang lebih penting lagi, dalam hidup manusia beriman, di beri alat pengukur oleh Alloh, yaitu halal dan haram! Mana yang halal, kerjakanlah! Mana yang haram, tinggalkanlah! Semua itu akan menjadikan dirinya baik, baik di dunia maupun di akhirat nanti; lahir serta bathin terpenuhi keperluannya!

Apabila manusia di biarkan mengukur sendiri dalam segala gerak dan tindakannya, maka tidak ada ukuran lain selain “ senang bagi dirinya, enak bagi dirinya, untung bagi dirinya, tidak peduli bagi orang lain! Akibatnya untung bagi dia rugi bagi orang lain, senang bagi dirinya, susah bagi orang lain, sehingga menimbulkan rasa iri, dengki dan benci antara sesama manusia. Alloh telah menjauhkan manusia dari akibat ini dengan cara menurunkan segala peraturan-Nya. Apabila kita ikuti, maka kita akan di bawanya ke Jannah (sorga) tempat segala kesejahteraan. Akan tetapi jika kita tidak mengikutinya, maka kita akan terdorong ke jurang Jahannam.

JELASLAH.........!!!!!!!!!!

Orang bijaksana tidak akan MAJU DIHADANG JURANG.

(by.Kholil)
Share this article :

Posting Komentar

بسم الله الرحمن الرحيم

POSTINGAN TERBARU