Bila
kita perhatikan keadaan sekarang ini, alangkah majunya industri kita
kahir-akhir ini di bandingkan tahun-tahun jauh sebelumnya. Kita brsyukur ke
hadirat Alloh SWT, yang telah mengkaruniakan segalanya itu untuk kesejahteraan
bangsa kita semua.
Orang
akan kagum bisa melihat kemajuan ummat manusia pada abad sekarang ini, misalnya
kemajuan industri Negara kita ini. Semua kemajuan itu akan terpelihara
selama-lamanya apabila setiap rohani manusia terpelihara pula. Bukankah
keagungan bangsa bukan hanya ditandai dengan menjulangnya gedung-gedung
pencakar langit, tetapi pada keagungan rohaninya yang akan memelihara segala
hasil karya yang di baktikan bagi kepentingan ummat manusia? Bukankah betapapun
dahsyatnya pembangunan, akan hancur juga oleh hancurnya rohani manusia?
Bukankah ke angkaraan rohani Hitler telah menghancurkan segala karya budaya
manusia di dunia dahulu?
Rohani
bisa jadi “tuan kuasa” dalam hidup
manusia. Bagaimanapun rendahnya puncak gunung, tak akan terinjak oleh kaki
manusia bila tidak ada tekad rohani manusia untuk berbuat demikian. Akan
tetapi, bagaimanapun tinggi dan menjulangnya Mount Enerest di Himalaya,
terinjak pula oleh kaki Sir Edmund Hilary, walaupun pada mulanya di duga hal
itu tidak mungkin terjadi. Hati telah bertekad dan memantapkan jiwa rohani
manusia.
Bila
kita merenungkan semua itu, kita akan teringat pada sabda Rasululloh saw. Bahwa
sesungguhnya dalam jasad manusia ada mudghoh
(segumpal daging) yang bila sejahtera keadaannya, akan sejahteralah semua karya
dan ciptannya; tetapi bila ia rusak, akan hancurlah segala karya dan ciptaya. Mudghoh itu adalah qolbu (ruhani).
Kembali
kepada kemajuan industri tadi., contohnya adalah adanya makanan kaleng yang
disenangi oleh sebagian besar bangsa kita karena memenuhi syarat praktis serta
harganyapun cukup ringan. Makanan kaleng itu, misalnya corned, memang praktis. Bila kita hendak memakannya, kita tinggal
membuka dan menghangatkannya beberapa menit saja, kemudian siap untuk di
santap.
Akan
tetapi timbul keragu-raguan dalam diri sebagian orang. Berapa ekor sapikah yang
diperlukan sehari untuk produksi corned
ini? Disembelih oleh berapa orang, serta berapa orang pekerjakah untuk
merecahnya? Ternyata pemikiran seperti ini sudah jauh tertinggal. Kita skarang
telah maju, hidup pada zaman yang seba mesin. Prusahaan corned itu menggunakan mesin potong elektrik untuk memotong
sapi-sapi itu; dan dengan serba otomatis daging itu di recah dan terpisahlah
bagian-bagiannya, kemudian tinggal mngolahnya dan memasukannya ke dalam kaleng!
Menyaksikan
semua itu, di samping akan merasakan kekaguman, orang pasti akan termangu.
Orang akan bertanya, “mengapa tidak di sembelih seperti biasa saja?” pertanyaan
itu akan di jawab, bahwa hal itu hanya akan melambatkan kerja saja, kurang
efektif, dan tidak memenuhi efesiensi kerja, cara itu akan menurunkan
produktivitas kerja, sedangkan kebutuhan sangat besar.
Mahasiswa
yang merantau jauh dari orang tuanya sering membeli makanan kaleng seperti itu.
Hal ini di maksudkan untuk sekedar memudahkan bila hendak makan, tinggal
membukanya dan memanaskannya sebentar, lalu siap untuk di santap.
Bagi
orang Islam yang sedikit banyak juga mengenal masalah hukum-hukum sembelihan
dalam islam, persoalannya jelas, harus berhenti makan makanan tersebut, sebab
hukumnya makan bangkai atau binatang yang disembelih tidak berdasarkan
persyaratan syara’ haram hukumnya. Kejadian itu berlaku.
INGAT
DAN CAMKAN...!!!!
Sebagai
orang islam, jika kita menghadapi suatu makanan, bukan enak dan lezatnya saja
yang harus kita fikirkan; tetapi kita harus ingat pula halal kah makanan itu?
Akan tahankan perut kita, sanggup kah perut kita mencernanya? Tidakkah
kesehatan kita terganggu karenanya? Bervitamin kah makanan itu? Dan
lain-lainmya.
Yang
lebih penting lagi, dalam hidup manusia beriman, di beri alat pengukur oleh
Alloh, yaitu halal dan haram! Mana yang halal, kerjakanlah! Mana yang haram,
tinggalkanlah! Semua itu akan menjadikan dirinya baik, baik di dunia maupun di
akhirat nanti; lahir serta bathin terpenuhi keperluannya!
Apabila
manusia di biarkan mengukur sendiri dalam segala gerak dan tindakannya, maka
tidak ada ukuran lain selain “ senang bagi dirinya, enak bagi dirinya, untung
bagi dirinya, tidak peduli bagi orang lain! Akibatnya untung bagi dia rugi bagi
orang lain, senang bagi dirinya, susah bagi orang lain, sehingga menimbulkan
rasa iri, dengki dan benci antara sesama manusia. Alloh telah menjauhkan
manusia dari akibat ini dengan cara menurunkan segala peraturan-Nya. Apabila
kita ikuti, maka kita akan di bawanya ke Jannah (sorga) tempat segala
kesejahteraan. Akan tetapi jika kita tidak mengikutinya, maka kita akan
terdorong ke jurang Jahannam.
JELASLAH.........!!!!!!!!!!
Orang
bijaksana tidak akan MAJU DIHADANG JURANG.
(by.Kholil)
Posting Komentar
بسم الله الرحمن الرحيم