Home » » “Partai Ateis”?

“Partai Ateis”?

Written By Syarikat Islam Indonesia (SMD) on Jumat, 05 April 2013 | 15.43


Ada pernyataan yang patut dicermati dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, yang diekspose pers, Rabu (3/4). Dia menyebutkan, semua partai politik (parpol) di Indonesia bermasalah. Maksudnya, semua parpol punya masalah korupsi alias ada pengurus  atau kader parpolnya yang menjadi tersangka kasus korupsi. Pertanyaanya kemudian, adakah parpol yang tidak bermasalah?
Jawaban ini jelas menarik diperbincangkan, dan realitas itulah yang tertangkap insan pers di tengah masyarakat. Pernyataan tersebut tentu menjadi suatu “kesempurnaan” dalih penganut mazhab golput alias “golongan putih”. Mereka menyebut parpol –begitu klaim eksistensinya—golputlah yang sebenanya menjadi pemenang dalam setiap pilkada di Indonesia.
Dalam pesta demokrasi di Jabar umpamanya, golput menyatakan keluar sebagai pemenangnya. Pasalnya, jumlah mereka ada sekitar 11 juta orang, sedangkan perolehan suara pasangan Aher-Dedy –yang di tuduh kubu pasangan Rieke-Teten melakukan kecurangan—hanya setengahnya dari jumlah tersebut. Beberapa pengamat pun mempertanyakan representasi kemenangan Aher-Dedy itu, mengingat warga Jabar ada sekitar 49,1 juta orang. Lalu siapakah warga “parpol golput”?
Mereka itu antara lain generasi muda yang melek politik dan muak terhadap perilaku para politisi dan kader parpol  formal. Mereka kecewa kepada para wakil rakyat, yang hobinya bener-benar mewakili rakyat dalam hal hidup mewah, mencuri uang rakyat, pelesiran dengan dalih studi banding, berbuat maksiat, serta tidak adil alias mengutamakan golongan dan parpolnya.
Selain itu, ada pula di antara mereka adalah keluarga besar politisi Muslim yang dulu sempat mengalami kejayaan di masa Partai Masyumi. Ya, mereka itu keluarga besar Syarikat Islam (SI) Indonesia, yang di masa pra reformasi namanya Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1905. Warga SI Indonesia ini bebeda dengan SI lain yang kini bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan atau parpol lain. Mereka tetap istiqomah memegang teguh sikap politiknya sebagaimana dimasa PSII 1905 di pimpin oleh almarhum HM Ch Ibrahim dan H Bustamam, SH. Realitas itu penulis ketahui, baru-baru ini.
Ceritanya, setelah 28 tahun hijrah ke Bandung, penulis di undang mereka dalam acara Diseminasi Generasi Emas Syarikat Islam (Gemasi) untuk bangsa yang di adakan Majelis Pendidikan SI Indonesia Jabar, di Gedung Pusdiklat, Cikeruh Sayang, Kab. Sumedang, Minggu (12/1). Guru ngaji penulis yang mengajarkan berpolitik “sebersih-bersih tauhid-Nya”, HM Mufti kini di amanahkan sebagai Presiden PP SI Indonesia. Dia tetap menyatakan tak tergoda bujukan rayu para politisi yang “cinta dunia” dan gemar berbuat musyrik atau mengotori tauhid-Nya.
Ya, politik SI Indonesia “sebersih-bersih tauhid-Nya”, tentu rada aneh di tengah maraknya perilaku politik “menghalalkan segala cara” di masa kini. Realitas ini bermakna pula, pemenang pesta demokrasi hakikatnya adalah “partai ateis”. Pasalnya, saat korupsi, mereka itu sengaja berperilaku meniadakan Tuhannya alias ateis. Kalau begitu, yang terjadi ialah peratrugan antara “partai golput” versus “partai ateis” atau “partai konspirasi setan”? Achmad Setiyaji/”PR”)***  

di kutip dari media harian PR rublik kolom opini, Jum'at (5/4) 2013.
Share this article :

Posting Komentar

بسم الله الرحمن الرحيم

POSTINGAN TERBARU