Home » » Masa peralihan pada SI

Masa peralihan pada SI

Written By Syarikat Islam Indonesia (SMD) on Jumat, 25 Januari 2013 | 11.32

Setelah HOS Cokroaminoto bergabung kedalam SDI, beliau mencoba menyusun sebuah anggaran dasar organisasi yang dapat diberlakukan di seluruh Indonesia, dengan tidak memerhatikan persyaratan dari residen Surakarta yang gigih menghambat perkembangan organisasi tersebut, beliau mengemukakan gagasan untuk membentuk Pan-Islamisme, artinya membentuk dunia Islam (Kholifatullah Filardhi). Untuk merealisasikan gagasan ini, beliau membagi tahapan-tahapan perjuangan sebagai berikut:
  1. Kemerdekaan Indonesia (mengusir pihak penjajah dari bumi Indonesia)
  2. Kemerdekaan Islam di Indonesia, artinya islam sebagai satu-satunya system yang Haq bisa berlaku di Indonesia dengan sempurna dan dilindungi oleh kekuasaan (Negara Islam Indonesia)
  3. Kemerdekaan Islam di seluruh dunia, artinya membentuk kholifah fil Ardhi –struktur pemerintahan yang memberlakukan hukum Islam sebagai penjabaran dari Mulkiyah Allah (kerajaan Allah) di permukaan bumi.
Langkah selanjutnya dari gerakan tersebut, maka pada tanggal 11 nopember 1912, SDI diganti dengan nama Syarikat Islam (SI), yang orientasinya bukan sekedar masalah ekonomi saja, melainkan sudah mencakup pada seluruh aspek kehidupan untuk diwarnai dengan corak Islam saja. 
          Dalam kongres SI pertama di Surabaya tahun 1913 telah diutuskan untuk membentuk cabang-cabangnya di seluruh tanah air, yang dibagi kedalam tiga wilayah yaitu: wilayah jawa barat (meliputi sumatra dan pulau sekitarya), jawa tengah (meliputi kalimantan) jawa timur(meliputi sulawesi, bali, lombok dan sumbawa).
         Kemudian pada tahun-tahun berikutnya bergabung pula beberapa tokoh Islam lainnya seperti Raden Gunawan dari Sumatra selatan, Abdl Moeis dari bkit tinggi dan lain-lainnya. Inilah tokoh-tokoh yang banyak berperan aktif pada tahun-tahun awal sejak berdirinya SI. 

       HOS Cokroaminoto lahir di Bakur, Madiun, Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1882 dari keluarga yang taat kepada Islam, beliau pernah belajar di sekolah administrasi pemerintahan serta mengikuti kursus dalam soal teknik mesin. Kepribadian beliau menampilkan sikap tidak pernah kompromi terhadap pihak koloial belanda. Sikap beliau yang tegas terhadap orang-orang kafir ini dibuktikan ketika beliau dipanggil pemerintah belanda untuk menghadap, dengan langkah tegap dan menampilkan sikap ksatria dihadapan orang belanda. Tidak seperti sikap orang-orang pribumi pada umumnya yang apabila menghadap belanda harus duduk di lantai, tidak boleh duduk di kursi serta dilarang memakai alas kaki. Cokroaminoto menyadari hal itu, yakni suatu penghnaan terhadap bangsa Indonesia yang mayoritas Islam oleh pihak belanda yang nasrani.
       Kira-kira lima tahun pertama sejak HOS Cokroaminoto bertindak sebagai ketua, dia banyak menymbangkan pikiran dan gagasan demi kemajuan SI. Dalam anggaran dasar yang beliau susun, banyak mewarnai kehidupan SI berikutnya. Sehingga dalam anggaran dasaryapun SI menekankan dan mencerminkan pelaksanaan ajaran Islam secara Kaffah, mencakup semua aspek keidupan, baik berupa pemahaman akidah Islam, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pemerintahan menurut tuntunan al-Quran dan sunah Rasul.
          Untuk merealisasikan gagasan membentuk dunia Islam ini, HOS Cokroaminoto mempersiakan kader-kader militan yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang berjiwa progresif . diantaranya Ir. Soekarno, semaun dan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Soekarno diharapkan dapat menghimpun dan mengelola kaum intelektual serta cendekiawan dalam satu wadah dan satu arah perjuangan menentang penjajah. Semaun diharapkan untuk menyadarkan masyarakat awam akan pentingnya kemerekaan sekaligus melibatkannya dalam perjuangan menentang sistem penjajahan. Sementara SM Kartosuwiryo ditugaskan untuk memengaruhi para ulama dan para kiyai sekaligus diajak bersama-sama bejuang menegakkan al-Islam menjadi satu-satunya sistem hidup yang berlaku di Indonesia. Meski akhirnya kedua kader pertama yaitu Soekarno dan Semaun, beberapa tahun kemudian menyimpang dari garis SI lalu membentuk wadah baru yang tidak berdasarkan Islam.
        Selama dibawah kepemimnan HOS Cokroaminoto, SI mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama pada periode 1916-1921, dan 1921- 1927. ini terbukti dengan berdirinya cabang-cabang SI di seluruh daerah hingga mencapai 135 cabang, didukng oleh jutaan anggota, sampai akhirnya kegemilangan SI mulai menurun pada periode-periode berikutnya, dengan terjdadinya perselisihan pendapat dalam intern pimpinan yang berakibat munculnya berbagai partai dan organisasi lain yang tidak sejalan dengan SI.

By Kholil
Share this article :

Posting Komentar

بسم الله الرحمن الرحيم

POSTINGAN TERBARU