Malapetaka ini bermula dengan hadirnya dua orang belanda yang bernama
Hendricus Yosephus Fransiscus Marie Sneevliet dan Adolf Baars yang datang ke
Indonesia pada tahun 1913. pada mulanya ia bekerja sebagai pimpinan redaksi Handelsblad
Surabaya selama dua bulan, kemudian menjadi sekretaris Kamar Dagang
Semarang pada tahun yang sama. Keduanya
adalah kader-kader komunis yang telah dididik di negri Rusia, kemudian
mendirikan ISDV (Indische Siciaal Demokratisce Vereniging) pada tahun 1914 di
semarang, yang meruakan partai sosialis kemudian berkembang menjadi partai
komunis terutama setelah berhasilnya revolusi Rusia pada tahun 1917.
Menurut analisa
tokoh-tokoh SI, munculnya ISDV yang dikembangkan oleh dua orang belanda
tersebut merupakan usaha pemerintah belanda untuk menggoncangkan kestabilan SI,
sekaligus memecah belah dari dalam tubuh SI. Karena pemerintah memang khawatir
dengan semakin kuatnya posisi SI ini. Usaha Snevliet berhasil setelah mampu
mempengaruhi pimpinan SI semarang yang
waktu itu di pimpin oleh Semaun, Alimin dan Darsono dengan masuknya mereka
kedalam ISDV. Kegiatan mereka senantiasa menciptakan kekeruhan dan pertentangan
dalam tubuh SI, terutama menyebabkan fitnah keji terhadap pribadi pimpinan SI,
kemudian setelah merasa posisi mereka kuat, mereka mendirikan partai komunis
India pada tanggal 23 Mei 1920, yang merupakan transformasi dari ISDV. Tindakan
mereka semacam itu tercium oleh pimpinan SI. Dalam suatu kongres pada tahun
1921, mereka dikeluarkan dari keanggotaan SI, ini merupakan akibat
dicanangkannya ”disiplin Partai” dimana dinyatakan bahwa anggota SI tidak
diperkenankan merangkap menjadi anggota kelompok atau partai lain.
Setelah mereka keluar dari
SI, mereka semakin giat melakukan propaganda dalam usaha memasyarakatkan
fahamnya. Bahkan tidak sekedar proaganda, mereka juga melakukan move-move yang
bersifat ”Physic”. Puncak peristiwa adalah ketika mereka memproklamirkan
berdirinya partai Komunis indonesia (PKI), kemudian mengadakan pemberontakan di
daerah Jawa Tengah dan Sumatra Barat pada tahun 1926. kelompok ini lebih
dikenal dengan sebutan ”SI” merah (Sosialis Indonesia).
Pada tahun berikutnya
yaitu pada tahun 1927, Soekarno yang sebelumnya diharapkan jadi kader SI
militan, ternyata menyimpang atau bertentangan faham dengan HOS Cokroaminoto
mengenai dasar dan tujuan perjuangan. Soekarno berpendapat bahwa hanya faham
kebangsaanlah, bukan agama yang dapat mempersatukan bangsa indonesia dalam
memersatukan langkah menghadapi kolonial Belanda. Kemudian ia mendirikan Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang berdasarkan Nasional Sekuler.
by. Kholil
Posting Komentar
بسم الله الرحمن الرحيم