Home » » Keluarnya H. Agus Salim

Keluarnya H. Agus Salim

Written By Syarikat Islam Indonesia (SMD) on Jumat, 08 Februari 2013 | 16.45

Keluarnya H. Agus Salim - Selain Sukiman cs, sesunguhna masih ada kelompok yang tidak setuju dengan politik hijrah, yang menurut pendapat mereka, politik semacam ini hanya akan menimbulkan kesulitan dan keruwetan belaka, atau menurut istilah mereka dikatakan: ``bak membenturkan kepala ke tembok saja``. Kelompok ini dimotori oleh H. Agus Salim, namun pada saat itu, ketika piminan partai masih belum berani secara terang-terangan mengatakan ketidak setujuannya terhadap politik hijrah. Bagaimanapun mereka masih segan dengan kharisma pribadi dan kepemiminan Cokroaminoto. Baru setelah beliau wafat pada tahun 1934 dan kepemiminan partai beralih kepada tangan saudaranya, yaitu Abi kusno Cokro Suyoso dan Wakilnya SM Kartosuwiryo, maka kelompok salim mulai berani angkat suara untuk menentang politik hijrah. Hal ini dapat dilihat dari bulan maret 1935, H Agus Sallim yang ada saat itu sebagai ketua dewan partai, meminta dengan sangat kepada Lajnah Tanfidziyah untuk meninjau kembali kebijaksanaan ``politik hijrah`` , sehubungan dengan keluarnya peraturan-peraturan yang lebih ketat dari pemerintah kolonial belanda pada tahun tersebut, dalam menghadapi partai-partai politik yang bersifat non-kooperatif.

                Lebih jauh lagi, pada bulan april tahun yang sama, H Agus Salim  berusaha untuk merobah sepenuhnya kebijaksanaan dan menyarankan referendum dari cabang-cabang  partai diadakan, untuk menanggapi saran-sarannya itu. Ia juga menyarankan kepada pemimpin SI agar mereka semua berhenti bersama-sama, apabila referendum menolak pemikirannya. Tapi Lajnah Tanfidziyah yang didominasi Abi Kusno dan kawan-kawannya (kelompok pembela politik hijrah) menolak usul Salim itu bahkan Abi Kusno curiga, bahwa Salim memiliki ambisi pribadi untuk duduk dalam Volksraad, dan memang pemerintah kolonial pernah menawarkan kursi  itu kepadanya. Lebih lanjut, kongres partai yang diadakan tahun 1936 menolak pemikiran Salim ini dan tetap menjadikan hijrah sebagai politik resmi dari PSII.
                Meliihat kenyataan ini, Agus Salim tidak tahan lagi, dimana posisi pribadinya semakin tersisihkan, maka dia bertindak lebih jauh lagi dengan membentuk sebuah fraksi dalam lingkungan partai, yang disebut ``Barisan penyadar Partai Syarikat Islam Indonesia`` (BPPSII) pada tangagal 28 Nopember 1936 agar pemikiran-pemikirannya dapat  diterima oleh partai. Gerakan ini diketuai oleh Mr. Moh. Room yang direncanakan akan bergerak dalam lingkungan Si sendiri. Tetapi ternyata penyebaran gerakan ini yang sampai ke cabang-cabang partai, dianggap oleh Abi Kusno suatu hal yang sangat membahayakan stabilitas partai. Oleh sebab itu beliau menginstruksikan pada semua anggota SI untuk mengakhiri perdebatan masalah Hijrah, sebab Hijrah sudah menjadi politik resmi partai yang telah didukung dengan Hujjah-hujjah Syar`i, yang sudah tidak bisa dirubah-rubah lagi. Kepada barisan penyadar, dilarang untuk meneruskan kegiatanna dan kembali mentaati seluruh kebijaksanaan yang telah digariskan oleh partai. Namun kelomok salim tetap bersikeras dengan pendiriannya, dan terus berusaha ``menyadarkan `` orang-orang yang dianggapnya tidak memahami situasi dan kondisi. 
                Menghadapi kelomok salim ini, maka Abi Kusno mengadakan rapat gabungan antara dewan partai dan Lajnah Tanfidziyah, yang memang kedua lembaga ini mempunya wewenang penuh untuk mengambill suatu keputusan (tindakan) dalam menghadai problema yang terjadi. Kemudian rapat ini memutuskan tindakan ``Skorsing`` (pemecatan) terhadap pemimin-pemimin badan penyadar diantaranya Mr. Muhammad Roem dan Sobirin pada bulan Januari 1937, bulan berikutnya dipecat pula H. Agus Salim, AM. Sangaji dan 24 tokoh penyadar lainnya. Abi kusno dkk, merasa perlu untuk membenarkan tindakan tersebut dalam mempertahankan politik Hijrah terhadap seluruh anggota partai. Demikianlah, sekitar april dan mei 1937, diadakan rapat-rapat dari cabang-cabang partai untuk menerangkan kebenaran politik Hijrah, dan kebenaran tindakan pemimpin partai menskorsing orang-orang penyadar yang dengan keras menentang Hijrah.
                   Tidak cukup dengan rapat-rapat saja, penjelasan tentang politik Hijrah ini, disusul pula dengan penerbitan sebuah brosur yang berjudul ``Sikap Hijrah Partai Syarikat Islam Indonesia`` terdiri dari dua jilid, disusun oleh SM Kartosuwiryo yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua Lajnah Tanfidziyah PSII.  Jilid pertama pada brosur tersebut SMK berhasil menguraikan secara panjang lebar tentang  pengertian Al-Dien (agama) yang mencakup seluruh aspek kehidupan, dan tentang sikap serta perjalanan hijrah nabi Muhammad SAW, yang menjadi pola dan strategi perjuangannya, sekaligus harus menjadikannya satu-satunya pedoman serta pola perjuangan oleh seluruh umatnya. Sesudah pembahasan arti Hijrah, SMK melanjutkan dengan mengatakan, hampir pada setiap tempat dimana kata ``Hijrah`` digunakan dalam Al-Quran, kata ini diasosiasikan dengan jihad. Maka sehubungan dengan itu, ia menulis, ``Tiada tindakan Hijrah dianggap absah, bila dalam Hijrah, cita-cita jihad tidak dilaksanakan``.
                Demikian SMK, dengan brosurnya tersebut telah mencoba menjabarkan pengertian Hijrah dan jihad secara panjang lebar dan menekankannya untuk segera direalisasikan dalam  kenyataan.
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

24 September 2013 pukul 00.40

Bagaimanapun juga beliau K.H Agus Salim Pernah Membesarkan Sjarekat Islam yang anda pangil "salim"...

Posting Komentar

بسم الله الرحمن الرحيم

POSTINGAN TERBARU