Hijrah sebagai suatu sikap poltik SI yang dilancarkan untuk pertama kalinya
pada tahun 1923, sebagai akibat ketidakercayaan partai terhadap pemerintah
kolonial, dan keyakinan pimpinan partai bahwa kerjasama dengan pihak pemerintah
kolonial (kafir) hanya akan menimbulkan kerugian dunia akhirat dan
mengakibatkan tergelincirnya partai lebih jauh dari tujuan yang sebenarnya.
Hijrah adalah strategi
ilahi, yang telah ditetapkan menjadi satu-satunya pola perjuangan para Rasul-Nya
dalam mengemban risalah menegakkan Dienul Haq atas Dien-dien lainnya. Termasuk
Muhammad SAW. Pola perjuangannya adalah Hijrah, tegasnya : Iman, Hijrah, Jihad.
Pimpinan SI menyadari
benar bahwa perjuangan menegakkan Islam adalah Ibadah, oleh karenanya
pelaksanaannya harus mengikuti cara yang telah dicontohkan oleh Rasul SAW. Apapun
resiko yang harus dihadapi, tidak boleh membuat cara sendiri. Inilah kiranya
motivasi yang melatarbelakangi ditetapkannya sikap Hijrah sebagai garis politik
yang resmi dari SI. Ditambah dengan kondisi yang ikut mendorong untuk mengambil
sikap tegas semacam ini, dimana pada saat itu semakin jelas bahwa pihak
pemerintah Belanda dengan Volksraadnya (Dewan Rakyat) bukan memberi keuntungan
terhadap perjuangan SI, justru sebaliknya mereka berusaha mengikat dan
meringkus dengan halus tokoh-tokoh SI agar tunduk dan patuh terhadap segala
kehendak mereka (Pemerinah Kolonial), tanpa membantah apalagi mengahalanginya.
Juga dengan menyimpangnya Semaun Cs dan Soekarno dari garis Islam dengan
membentuk PKI dan PNI, yang keduanya sangat menetang Islam yang telah menjadi
dasar perjuangan SI, inipun merupakan faktor yang mendorong untuk mengambil
sikap Hijrah dengan lebih tegas lagi terutama terlihat dari langkah-langkah
partai yang semakin menampakkan permusuhan terhadap pemerintah Belanda pada
tahun 1930 yang telah berubah nama menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Tahun 1933 mencatat
sesuatu penyelesaian struktur partai, juga dasar perjuangan partai yang
dihasilkan pada tahun itu dianggap sesuatu yang telah sempurna. Para
pemimpinnya, terutama dengan figur HOS Cokroaminoto dibantu oleh SM
Kartosuwiryo sebagai sekretaris pribadinya, berusaha mewarnai lembaga PSII ini
dengan warna Islam saja, tanpa ada warna-warna lainnya. Ini bisa dilihat dari
dasar dan strategi partai yang Islami.
by. Kholil
Posting Komentar
بسم الله الرحمن الرحيم